Sunday, March 23, 2014

Laporan Praktikum Sterilisasi Bahan Pangan

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Sterilisasi bahan produk dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri lain yang bisa mempengaruhi kualitas dan ketahanan produk yang akan diolah, sehingga produk yang dihasilkan terbebas dari mikroba yang bisa membuat pembusukan produk lebih cepat. Dan praktikum kali ini adalah bagaimana melakukan sterilisasi bahan menggunakan cara steam.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini untuk mengetahui tentang sterilisasi, dan pengaruh penambahan gula dan garam pada makanan.




















BAB II
METODE PRAKTIKUM
1.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Jumat, 14 Maret 2014 pada pukul 09.00 – 11.00 WITA, dan pada hari Selasa, 18 Maret 2014 pada pukul 11.00 di Laboratorium TIP.
2.    Alat dan Bahan
a.    Pisau
b.    Autoclave
c.    Bekker glass
d.    Aluminium foil
e.    Nanas
f.     Wortel
g.    Larutan gula dengan perbandingan (1:1)
h.    Larutan garam 10%
3.    Prosedur Kerja
1.    Dikupas nanas, dipotong-potong, diamati keadaan, tekstur, aroma dan warna
2.    Dimasukan nanas dalam larutan gula.
3.    Disiapkan Autoclave, diisi dengan air dan masukan bahan yang disterilisasi pada suhu 121°C dan tunggu selama 15 menit.
4.    Dibiarkan dingin sampai suhu normal dan klep pengaman dibuka.
5.    Diamati perubahan antara sebelum dan sesudah di sterilisasi.
6.    Dilakukan hal yang sama terhadap wortel.






BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
a.    Tabel Pengamatan
Bahan
Perlakuan
Tekstur
Aroma
Warna
Nanas dalam larutan gula (1:1)
Sebelum Sterilisasi
Kenyal
Khas buah Nanas
Kuning Pekat
Sesudah Sterilisasi
Lembek
Aroma Khas Nanas berkurang
Kuning Terang
Setelah 5 hari Sterilisasi (Selasa)
Lembek
Aroma Nanas Menyengat
Kuning Pekat
Wortel dalam larutan garam 10%
Sebelum Sterilisasi
Keras
Aroma khas wortel
Orange tua
Sesudah Sterilisasi
Kenyal
Aroma berubah menjadi aroma umbi
Orange terang
Sesudah 5 hari Sterilisasi (Selasa)
Kenyal
Aroma ubi menyengat
Orange terang
2.    Pembahasan
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai temperatur 1210C, selama watu 15 menit.
Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada alat Autoclave ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-1340C. makanan diproses selama 15 menit, untuk temperatur 1210C, atau pada temperatur 1340C selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara perlahan untuk menghindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada makanan.
Untuk memastikan bahwa proses autoclave ini berfungsi untuk mensterilisasi, kebanyakan autoclave memiliki meteran dan chart yang menampilan informasi berupa temperatur dan tekanan sebagai fungsi dari waktu. Warna pada meteran ataupun chart tersebut akan berubah, jika makanan berada pada kondisi yang diinginkan. Selain itu, bioindicator, juga dapat digunakan sebagai indicator untuk menunjukkan performansi autoclave. Bioindicator ini harus diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh steam, untuk memastikan bahwa walaupun daerah tersebut sulit dijangkau, namun steam tetap terdapat proses penetrasi disana.

a.    Dampak Sterilisasi
Pada daging, terjadi Maillard browning dan karamelisasi yang mempengaruhi warna dari daging, ketika daging melalui proses sterilisasi. Pada sterilisasi susu dengan cara UHT (Ultra High Temperatur), terdapat peningkatan keputihan warna dari susu itu sendiri.
Sterilisasi juga mempengaruhi aroma dan rasa dari makanan. Contohnya, pada sterlisasi makanan kaleng terjadi perubahan rasa yang kompleks, yaitu terjadi proses pirolisis, deaminasi, dan dekarboksilasi asam amino. Interaksi ini dapat menghasilkan lebih dari 600 komponen. Pada sterilisasi dengan cara UHT, perubahan aroma dan rasa yang terjadi lebih sedikit
Tekstur dari makanan juga mengalami perubahan setelah melwati proses sterilisasi. Contohnya, tekstur dari padatan buah dan sayur akan menjadi lebih lunak daripada buah dan sayur yang tidak disterilisasi.
Nutrient value dari makanan juga mengalami penurunan. Stabilitas inhibitor tripsin pada kacang kedelai juga menurun setelah mengalami proses sterilisasi. Thiamin dan pyridoxine juga mengalami degradasi. Namun pada proses sterilisasi ini tidak meningkatkan ataupun menurunkan kandungan vitamin.
b.    Peranan Gula
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya biasanya dijumpai termasuk selai, jeli, sari buah pekat, sirup buah-buahan beku dalam sirup, acar manis dan madu.
Daya larut yang tinggi dari gula, kemampuan mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH) rendah), merupakan teknik pengawetan pangan yang penting. Gula jika diberikan pada konsentrasi diatas 70% padatan terlarut, akan mampu memberikan stabilitas pengendalian pertumbuhan mikro organisme pada suatu produk makanan.
Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam konsentrasi paling sedikit 40% padatan terlarut sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw). dari bahan pangan berkurang.
Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nila aw yang sama dapat menunjukan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme.
Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi, cendrung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal lain.
Monosokarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama dan digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produk seperti selai.
c.    Peranan Garam
Di Indonesia, garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan makanan, terutama ikan, telur, daging serta bahan pangan lainnya. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, akan mudah terhambat pertumbuhannya, walapun dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu lebih kurang 6%). Mikroorganisme patogenik, termasuk Clostridium botulinum dapat dihambat oleh konsentrasi garam 10-12%.
Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan. Jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metode yang bebas dari pengaruh racunnya. Akan tetapi dalam penyimpanan yang terlalu lama bakteri halofilik dapat juga tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan, karena bakteri tersebut dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh.
Garam dapur atau garam meja merupakan kristal dari senyawa sodium klorida. Digunakan sebagai penambah rasa dan juga pelindung protein terigu atau gluten dari kerusakan kuman prosen adonan. Pemakaian garam dapur yang efektif adalah 1 – 1,5 gram per 100 gram bahan.


BAB IV
PENUTUP
1.    Kesimpulan
a.    Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat dalam bahan makanan.
b.    Gula memiliki sifat mengikat air dan pemeliharaan pH yang rendah pada larutan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
c.    Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, akan mudah terhambat pertumbuhannya. Sehingga digunakan dalam proses pengawetan makanan.
2.    Saran
Sebaiknya alat yang akan digunakan untuk praktikum harus dicek terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga pada saat praktikum cepat selesai dan terkedali dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA
Istyhafid. 2012. http://greatminds2.wordpress.com/2012/11/03/sterilisasi-dan-pasteurisasi/ (Diakses pada Hari Kamis, 20 Maret 2014)
Anonymous. 2009. http://info-mediakita.blogspot.com/2009/10/peranan-garam-asam-dan-gula-dalam.html  (Diakses pada Hari Kamis, 20 Maret 2014)


No comments:

Post a Comment