1.1.
Organisasi Dalam Persfektif Islam
(إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مرصوص)
“Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS
Ash Shaff :4)
Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir
indah dalam surat Ash Shaff ini, akan banyak sekali kandungan tentang manfaat
serta konsep-konsep dalam berorganisasi, bekerja dalam sebuah barisan yang
teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah ini mengupas secara rinci tentang
konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini memang sangat ditekankan oleh
Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah, saat surat ini diturunkan.
Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah fokus utama dakwah
Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus dakwah Rasulullah SAW ketika di
Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu. Dalam surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus
ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh.Yaitu, kesesuaian konsep dan
pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan mengetahui
kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang, serta
memiliki kader yang militan (kader yang solid).
Pertama, untuk mewujudkan organisasi yang kokoh
diperlukan adanya kesesuaian konsep (perkataan) dan pelaksanaan (at tawafuq
bainal qouli wal amal). Hal ini tercantum dalam ayat 1 – 3. Dijelaskan dalam
ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya ditujukan untuk orang-orang beriman dan
tidak untuk semua orang. Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami
dan melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah
orang-orang beriman bukan hanya satu orang beriman.dan di sinilah pesan konsep
kejamaahannya (keorganisasiannya). Kesesuaian antara konsep (perkataan) dan
pelaksanaan artinya tidak hanya lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan
amal nyata. Justru keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan
pelaksanaan. Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya
sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara bekerja.
Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai tujuan berkerja.
Kedua, dalam ayat keempat surat ini disebutkan bahwa
Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah bangunan yang kokoh. Ciri
dari bangunan yang kokoh adalah seluruh komponen di dalamnya saling menguatkan
satu dengan yang lain. Dapat dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga
ciri, yaitu: masing-masing komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang
lain, bersinergi dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk
pembagian pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan).
Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang. Siapa
yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.
Ketiga, dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan
yang dihadapi oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil
pelajaran bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan dihadapi
dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran tantangan itu, maka
kita bisa membuat program yang bisa mengatasi tantangan tersebut. Kegagalan
dalam mengukur tantangan yang akan dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan
merumuskan tahap-tahap pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal
yang bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua tantangan
baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9, dijelaskan bahwa visi
kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk mengeliminir tantangan-tantangan
tersebut.
Keempat, dijelaskan bahwa untuk membangun sebuah
organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep perjuangan organisasi.
Dan sebuah konsep perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung
motivasi sert makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang ‘menakutkan’
(tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu dapat melaksanakannya
atau tidak). Hal ini dapat dilihat pada ayat 10 -13 surat ini, yang menjelaskan
indahnya sebuah konsep berjuang besungguh-sungguh di jalan-Nya.
Kelima, dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa
keberhasilan suatu perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada
tidaknya kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna
komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta kecintaan.
Karena memang amal yang baik dari seorang kader organisasi tidak akan bisa
terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan memiliki kader yang militan,
amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam organisasi.
Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh
(semangat) organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada
dalam organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasa mempunyai
semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan semangat dan
ilmu yang dimiliki.
1.2.
Manajemen Dalam Islam
1. Pengertian manajemen, Manajemen menjadi sangat penting
artinya dari segala aspek kehidupan. Karena itu manajemen menjadi icon yang
urgen baik secara individual maupun secara kelompok. Para ilmuan bermacam-macam
dalam mendefinisikan manajemen walaupun esensinya bermuara para satu titik
temu. Pengertian manajemen yang paling sederhana “adalah seni memperoleh hasil
melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.” Menurut John D
Millet, “manajemen ialah suatu proses pengarahan & pemberian fasilitas kerja
kepada orang-orang yang telah diorganisasi dalam kelompok-kelompok formal yang
mencapai tujuan yang diharapkan.” James F. Stoner, berpendapat bahwa “manajemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para
anggota dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.” Menurut George R. Terry bahwa “manajemen adalah pencapaian tujuan
yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan orang lain.”
Dari beberapa definisi tersebut bisa dipetakan kepada
tiga hal, yaitu; Pertama, manajemen sebagai ilmu pengetahuan bahwa manajemen
memerlukan ilmu pengetahuan. Kedua, manajemen sebagai seni dimana manajer harus
memiliki seni atau keterampilan memanej. Ketiga, manajemen sebagai profesi,
bahwa manajer yang profesiaonal yang bisa memanej secara efektif dan efesien.
Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan
(سياسة- إدارة – تدبير) yang bersal dari lafadz (ساس – أدار – دبر). Menurut S.
Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah;
االإدارة هي
معرفة إلى أين تذهب ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض
لها معرفة كيفية التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة
الذهاب إلى هناك.
Artinya:
manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari,
kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal anda
serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses
mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen
merupakan kegiatan, proses dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir
secara maksimal dengan bekerja sama sesuai jobnya masing-masing. Maka
kebersamaan dan tujuan akhirlah yang menjadi fokus utama.
2. Sarana Manajemen, Untuk mencapai tujuan manajemen
tidak hanya terfokus kepada manusia sebagai manajer dan anggota pelaksana lain
sebagaimana definisi manajemen. Namun disamping itu juga memerlukan
sarana-sarana yang lain yang erat hubungannya dengan pencapaian tujuan. Sehingga
sarana-sarana manajemen menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu
sarana dengan sarana lainnya. Adapun sarana-sarana itu meliputi; “Men, Money,
Material, Methods dan Markets. Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima
sarana tersebut atau disebut dengan 5 M saling terkait. Hal ini menunjukkan
betapa urgennya adanya 5 M tersebut bisa berjalan secara integral.
Men (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur
dan menggerakkan segala aktifitas. Money (uang) merupakan sarana yang selalu mengiringi
segala aktifitas seseorang. Material (materi) atau bahan-bahan merupakan sarana
manajemen yang bisa merespons terhadap perkembangan zaman. Methods, (metode)
sebagai sarana manajemen dalam upaya efesiensi dan tepat guna dalam pencapaian
tujuan. Dan yang terakhir Markets (pasar) bagaiamana hasil dari organisasi
tersebut benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.
3. Fungsi-Fungsi Manajemen, Manajemen memiliki beberapa
fungsi yang terkait dengan pencapaian tujuan. Para ilmuan memiliki beragam
pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen atau juga disebut dengan unsur-unsur
manajemen. Menurut Louis A. Allen dalam bukunya Management and Organization
menegemukakan tentang element of Management terdiri dari; “Planning,
(perencanaan), Organization (pengorganisasian), Coordination (Koordinasi),
Motivating (motivasi), Controling (pengawasan) atau disingkat dengan POCMC.
Kemudian menurut George R. Terry “Planning, Organizing, Actuating, Controling,
atau disingkat dengan POAC. Sedangkan menurut James A.F. Stoner bahwa fungsi
manajemen meliputi, “Planning, Organizing, Leading, Controling” atau disingkat
dengan POLC. Dari beberapa unsur/ fungsi manajemen akan mengantarkan kepada
tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/ organisasi tertentu.
Dalam konteks Islam manajemen memiliki unsur-unsur
yang tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah
tertuang dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai falsafah hidup umat Islam.
Unsur-unsur tersebut diantaranya; Pertama (التخطيط) atau Planning; yaitu
perencanaan/ gambaran dari sesuatu kegiatan yang akan datang dengan waktu,
metode tertentu.
Sebagaimana Nabi telah bersabda: (إن الله يحب إذا عمل
أحدكم العمل أن يتقنه)
Artinya:
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan
, dilakukan secara itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas. (HR. Thabrani).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, (فإذافرغت فانصب وإلى
ربك فارغب)
Artinya:
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu
berharap. (Al-Insyirah; 7-8)
Setiap apa yang diperbuat oleh manusia maka ia harus
mempertanggung jawabkannya. Agama mengajarkan umatnya untuk membuaat
perencanaan yang matang dan itqan, karena setiap pekerjaan akan menimbulkan
sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan hasil yang baik
juga sehingga akan disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang paling utama
hanya penilaian yang datangnya dari Allah SWT. Kedua, (التنظيم) atau
Organization; merupakan wadah tetang fungsi setiap orang , hubungan kerja baik
secara vertikal atau horizontal.
Dalam surat Ali Imran Allah berfirman :
(واعتصموابحبل الله جميعا ولاتفرقواواذكروا نعمت الله
عليكم إذكنتم أعداء…)
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan… (Ali
Imran; 103)
Ayat di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan
kumpulan orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaknya
bersatu-padulah dalam bekerja dan memegang kometmen untuk menggapai cita-cita
dalam satu payung organisasi dimaksud.
Allah berfirman; ( لايكلف الله نفسا إلا وسعهالهاماكسبت
وعليها مااكتسبت…)
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Al-Baqarah; 286)
Kinerja bersama dalam organisasi disesuai dengan
kemampuan yang dimiliki olah masing-masing individu. Menyatukan langkah yang
berbeda-beda tersebut perlu ketelatenan mengorganisir sehingga bisa
berkompetitif dalam berkarya. Disamping ayat di atas, Sayyidina Ali bin Abi
Thalibmembuat statemen yang terkenal yaitu; (الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام)
Artinya:
Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh kebatilan
yang diorganisasi dengan baik.
Statemen Sayyidina Ali merupakan pernyataan yang
realistis untuk dijadikan rujukan umat Islam. Hancurnya suatu institusi yang
terjadi saat ini karena belum berjalanannya ranah organisasi dengan menggunakan
manajemen yang benar secara maksimal. Ketiga, (التنسيق) atau Coordination,
upaya untuk mencapai hasil yang baik dengan seimbang, termasuk diantara
langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan planning dengan mengharapkan
tujuan yang diidamkan.
Allah berfirman; (يأيهاالذين أمنواادخلوا فى السلم كافة
ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين)
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan,
karena setan itu musuhmu yang nyata. (Al-Baqarah; 208)
Apabila manusia ingin mendapat predikat iman maka
secara totalitas harus melebur dengan peraturan Islam. Iman bila diumpamakan
dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai planning dan aturan-aturan yang
mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia, memerlukan adanya
kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan mencapai kepada tujuan ideal.
Cobaan dan kendala merupakan keniscayaan, namun dengan manusia tenggelam dalam
lautan Islam (kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya) akan terlepas dari
kendala-kendala yang siap mengancam. Keempat, (الرقابة) atau Controling ,
pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning. Dalam pandangan Islam
menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga
kontrol yang ia lakukan akan efektif.
Allah berfirman ; (يأيهاالذين أمنوالم تقولون
مالاتفعلون)
Artinya; Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Q.S. Ash-Shoff; 1)
Dalam surat At-Tahrim Allah berfirman ; (يأيهاالذين
أمنواقواانفسكم وأهليكم نارا..)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka. (Q.S. At. Tahrim; 6)
Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan
tugas utama manajer, baik organisasi keluarga maupun organisasi secara
universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain sementara dirinya masih
belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang terbaik dan harus
mengontrol seluruh anggotanya dengan baik. Dalam ayat yang lain Allah
menjelaskan bahwa kontrol yang utama ialah dari Allah SWT.
(ألم تر أن الله يعلم مافى السموات وما فى الأرض…)
Artinya: Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi…
(Al-Mujadalah; 7)
Dalam konteks ayat ini sebenarnya sangat cukup sebagai
konsep kontrol yang sangat efektif untuk diaplikasikan. Memahami dan membumikan
konteks ayat ini menjadi hal yang sangat urgen. Para pelaksana institusi akan
melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan sesuatu yang diembannya,
bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit lagi karena mereka menganggap bahwa
setiap tugas pertanggung jawaban yang paling utama adalah kepada Sang Khaliq
yang mengetahui segala yang diperbuat oleh makhluk-Nya. Kelima, (ترغيب) atau
Motivation, menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati sukarela.
Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah telah berfirman :
(وأن ليس للإنسان إلا ما سعى)
Artinya: Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain
dari apa yang telah diusahakannya. (Q.S. An-Najm; 39)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
(إن الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم)
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. (Q.S. Ar-Ra’du; 11)
Dari dua ayat tersebut di atas berimplikasi adanya
motivasi untuk selalu berusaha dan merobah keadaan. Dengan adanya usaha dan
adanya upaya merobah keadaan ke rarah yang lebih baik akan mengantarkan kepada
tujuan dan kesuksesan yang nyata. Dalam sebuah kata hikmah disebutkan (من جد
وجد) Artinya: Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapatkan.
Disamping
itu Allah berfirman;
(أدعوني أستجب لكم)
Artinya; Mintalah kamu semua kepada-Ku pasti akan Aku
kabulkan padamu. (Q.S.)
No comments:
Post a Comment