Sunday, March 23, 2014

Laporan Praktikum Sterilisasi Bahan Pangan

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Sterilisasi bahan produk dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri lain yang bisa mempengaruhi kualitas dan ketahanan produk yang akan diolah, sehingga produk yang dihasilkan terbebas dari mikroba yang bisa membuat pembusukan produk lebih cepat. Dan praktikum kali ini adalah bagaimana melakukan sterilisasi bahan menggunakan cara steam.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini untuk mengetahui tentang sterilisasi, dan pengaruh penambahan gula dan garam pada makanan.




















BAB II
METODE PRAKTIKUM
1.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Jumat, 14 Maret 2014 pada pukul 09.00 – 11.00 WITA, dan pada hari Selasa, 18 Maret 2014 pada pukul 11.00 di Laboratorium TIP.
2.    Alat dan Bahan
a.    Pisau
b.    Autoclave
c.    Bekker glass
d.    Aluminium foil
e.    Nanas
f.     Wortel
g.    Larutan gula dengan perbandingan (1:1)
h.    Larutan garam 10%
3.    Prosedur Kerja
1.    Dikupas nanas, dipotong-potong, diamati keadaan, tekstur, aroma dan warna
2.    Dimasukan nanas dalam larutan gula.
3.    Disiapkan Autoclave, diisi dengan air dan masukan bahan yang disterilisasi pada suhu 121°C dan tunggu selama 15 menit.
4.    Dibiarkan dingin sampai suhu normal dan klep pengaman dibuka.
5.    Diamati perubahan antara sebelum dan sesudah di sterilisasi.
6.    Dilakukan hal yang sama terhadap wortel.






BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
a.    Tabel Pengamatan
Bahan
Perlakuan
Tekstur
Aroma
Warna
Nanas dalam larutan gula (1:1)
Sebelum Sterilisasi
Kenyal
Khas buah Nanas
Kuning Pekat
Sesudah Sterilisasi
Lembek
Aroma Khas Nanas berkurang
Kuning Terang
Setelah 5 hari Sterilisasi (Selasa)
Lembek
Aroma Nanas Menyengat
Kuning Pekat
Wortel dalam larutan garam 10%
Sebelum Sterilisasi
Keras
Aroma khas wortel
Orange tua
Sesudah Sterilisasi
Kenyal
Aroma berubah menjadi aroma umbi
Orange terang
Sesudah 5 hari Sterilisasi (Selasa)
Kenyal
Aroma ubi menyengat
Orange terang
2.    Pembahasan
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai temperatur 1210C, selama watu 15 menit.
Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada alat Autoclave ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-1340C. makanan diproses selama 15 menit, untuk temperatur 1210C, atau pada temperatur 1340C selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara perlahan untuk menghindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada makanan.
Untuk memastikan bahwa proses autoclave ini berfungsi untuk mensterilisasi, kebanyakan autoclave memiliki meteran dan chart yang menampilan informasi berupa temperatur dan tekanan sebagai fungsi dari waktu. Warna pada meteran ataupun chart tersebut akan berubah, jika makanan berada pada kondisi yang diinginkan. Selain itu, bioindicator, juga dapat digunakan sebagai indicator untuk menunjukkan performansi autoclave. Bioindicator ini harus diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh steam, untuk memastikan bahwa walaupun daerah tersebut sulit dijangkau, namun steam tetap terdapat proses penetrasi disana.

a.    Dampak Sterilisasi
Pada daging, terjadi Maillard browning dan karamelisasi yang mempengaruhi warna dari daging, ketika daging melalui proses sterilisasi. Pada sterilisasi susu dengan cara UHT (Ultra High Temperatur), terdapat peningkatan keputihan warna dari susu itu sendiri.
Sterilisasi juga mempengaruhi aroma dan rasa dari makanan. Contohnya, pada sterlisasi makanan kaleng terjadi perubahan rasa yang kompleks, yaitu terjadi proses pirolisis, deaminasi, dan dekarboksilasi asam amino. Interaksi ini dapat menghasilkan lebih dari 600 komponen. Pada sterilisasi dengan cara UHT, perubahan aroma dan rasa yang terjadi lebih sedikit
Tekstur dari makanan juga mengalami perubahan setelah melwati proses sterilisasi. Contohnya, tekstur dari padatan buah dan sayur akan menjadi lebih lunak daripada buah dan sayur yang tidak disterilisasi.
Nutrient value dari makanan juga mengalami penurunan. Stabilitas inhibitor tripsin pada kacang kedelai juga menurun setelah mengalami proses sterilisasi. Thiamin dan pyridoxine juga mengalami degradasi. Namun pada proses sterilisasi ini tidak meningkatkan ataupun menurunkan kandungan vitamin.
b.    Peranan Gula
Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya biasanya dijumpai termasuk selai, jeli, sari buah pekat, sirup buah-buahan beku dalam sirup, acar manis dan madu.
Daya larut yang tinggi dari gula, kemampuan mengurangi keseimbangan kelembaban relatif (ERH) dan mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH) rendah), merupakan teknik pengawetan pangan yang penting. Gula jika diberikan pada konsentrasi diatas 70% padatan terlarut, akan mampu memberikan stabilitas pengendalian pertumbuhan mikro organisme pada suatu produk makanan.
Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam konsentrasi paling sedikit 40% padatan terlarut sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw). dari bahan pangan berkurang.
Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nila aw yang sama dapat menunjukan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme.
Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi, cendrung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal lain.
Monosokarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama dan digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produk seperti selai.
c.    Peranan Garam
Di Indonesia, garam adalah bahan yang sangat penting dalam pengawetan makanan, terutama ikan, telur, daging serta bahan pangan lainnya. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, akan mudah terhambat pertumbuhannya, walapun dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu lebih kurang 6%). Mikroorganisme patogenik, termasuk Clostridium botulinum dapat dihambat oleh konsentrasi garam 10-12%.
Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan. Jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metode yang bebas dari pengaruh racunnya. Akan tetapi dalam penyimpanan yang terlalu lama bakteri halofilik dapat juga tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan, karena bakteri tersebut dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh.
Garam dapur atau garam meja merupakan kristal dari senyawa sodium klorida. Digunakan sebagai penambah rasa dan juga pelindung protein terigu atau gluten dari kerusakan kuman prosen adonan. Pemakaian garam dapur yang efektif adalah 1 – 1,5 gram per 100 gram bahan.


BAB IV
PENUTUP
1.    Kesimpulan
a.    Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat dalam bahan makanan.
b.    Gula memiliki sifat mengikat air dan pemeliharaan pH yang rendah pada larutan, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
c.    Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora, akan mudah terhambat pertumbuhannya. Sehingga digunakan dalam proses pengawetan makanan.
2.    Saran
Sebaiknya alat yang akan digunakan untuk praktikum harus dicek terlebih dahulu sebelum digunakan, sehingga pada saat praktikum cepat selesai dan terkedali dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA
Istyhafid. 2012. http://greatminds2.wordpress.com/2012/11/03/sterilisasi-dan-pasteurisasi/ (Diakses pada Hari Kamis, 20 Maret 2014)
Anonymous. 2009. http://info-mediakita.blogspot.com/2009/10/peranan-garam-asam-dan-gula-dalam.html  (Diakses pada Hari Kamis, 20 Maret 2014)


Sunday, March 9, 2014

Alat - alat Laboratorium Dalam Industri Pertanian

A.    Autoclave
Autoclave adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuhendospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal.
Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus.



B.    Water bath
Waterbath adalah instrumen ilmiah yang digunakan untuk mengatur suhu zat mengalami panas. Waterbath sering digunakan di dalam laboratorium ilmu kimia yang berhubungan dengan temperature aplikasi.
Waterbath adalah contoh yang sangat baik dari kemampuan air untuk mempertahankan panas untuk waktu yang lama. Waterbath digunakan dalam berbagai situasi dan di berbagai bidang untuk berbagai tujuan. Beberapa industri di mana mereka sering digunakan adalah:
·         Laboratorium Pendidikan
·         Klinis Laboratorium
·         Penelitian Laboratorium
·         Laboratorium Teknologi Pangan
·         Air Limbah Laboratorium


C.   Hot Plate Stirred dan Stirre Bar
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.

D.   Neraca Analitik
Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang ditimbang.

E.    Vortex
Vortex atau biasa di sebut sentrifuge merupakan peralatan elektronik yang berfungsi untuk mengaduk senyawa kimia yang ada dalam suatu tabung reaksi atau wadah. Tabung reaksi diletakkan pada lubang tempat tabung kemudian menekan tombol power hingga tempat meletakkan tabung bergerak. Dengan adanya tegangan yang diberikan, maka tabung reaksi yang berisi larutan akan tercampur rata. Prinsip kerjanya yaitu menghomogenkan larutan pada satu tabung reaksi.
F.    Laminar Air Flow (LAF)
Laminar Air Flow (LAF) alat ini digunakan dalam teknik sterilisasi radiasi (bekerja secara aseptis). Kita juga dapat bekerja di dalam ruangan ini. Alat ini terletak khusus dalam satu ruang yang disebut ruang steril. Penggunaan alat tersebut adalah untuk mensterilisasikan udara di tempat kerja, sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan dan pengambilan mikroba dapat dilakukan di sekitar laminar air flow.

G.   Soxhlet
Ekstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa. Dan umumnya metode yang digunakan dalam instrumen ini adalah untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut namun jika suatu senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi dalam suatu pelarut tertentu, maka biasanya metode filtrasi (penyaringan/pemisahan) biasa dapat digunakan untuk memisahkan senyawa tersebut dari suatu sampel.

H.   Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap).Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam evaporator.Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.

I.      Freezer
Kebutuhan akan pendingin yang mana digunakan untuk mengawetkan makanan ataupun untuk keperluan menyimpan bahan-bahan kimia mendorong terciptanya freezer. Pada dasarnya prinsip kerja dari freezer adalah memanfaatkan sifat dari gas freon yang suhunya akan menjadi rendah bila tekanannya juga rendah. Kompresor memompakan gas freon dengan tekanan yang tinggi dan temperatur yang tinggi. Lalu gas freon dikirim ke kondensor untuk dibuang kalornya agar freon dapat berubah bentuk menjadi cair akan tetapi tekanannya masih tinggi. Freon cair ini terus masuk ke pipa kapiler dengan terlebih dahulu disaring dari kemungkinan kotoran yang ikut terbawa. Dari pipa kapiler ini freon cair diuapkan oleh evaporator yang mana sebelumnya melewati katup ekspansi. Didalam evaporator tekanan dan temperature freon rendah sekali sehingga freon kembali ke dalam bentuk gas. Freon yang telah berbentuk gas ini akan masuk ke saluran hisap untuk disirkulasikan ulang oleh kompresor.

J.    Pirolisis
Pirolisis dilakukan dengan teknik destilasi kering/ pirolisis. Teknik pirolisis dilakukan secara terpadu artinya dengan satu kali proses pada satu alat destilasi kering/pirolisator yang sama, akan dihasilkan 3 macam produk sekaligus yang semuanya memiliki nilai guna yang tinggi, yaitu ter, arang dan asap cair.
Destilasi kering/Pirolisis adalah pengembangan dari teknik karbonisasi kayu yang berkembang di masyarakat. Teknik karbonisasi yang digunakan masyarakat umumnya dengan pembakaran kayu langsung dalam suatu tungku/drum dengan hasil utamanya arang dan hasil samping berupa asap yang dibuang ke udara (Nurhayati, 2000). Asap yang dihasilkan dari proses karbonisasi tersebut dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga memiliki kontribusi terhadap pemanasan global (Pennise et al, 2001 dalam Antal and Gronli, 2003).

K.    Microwave
Microwave adalah sebuah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1 milimeter sampai 1 meter dan berfrekuensi antara 300 megahertz sampai 300 gigahertz. Oven adalah sebuah peralatan dapur yang digunakan untuk memasak atau memanaskan makanan, jadi Microwave oven adalah sebuah peralatan dapur yang menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan. 















DAFTAR PUSTAKA
http://dicckha.blogspot.com/2012/05/autoclave-dan-waterbath.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaporator Diakses pada tanggal 5 Maret 2014

http://kikiobethebest.wordpress.com/2011/06/06/117/ Diakses pada tanggal 5 Maret 2014

Saturday, March 8, 2014

Laporan Praktikum Media Pertumbuhan Mikroba

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Media pertumbuhan mikroba yaitu untuk memberi tempat ataupun suasana yang sesuai untuk mikroorganisme yang akan dikembangbiakkan sekaligus juga berguna untuk memberi nutrisi pada mikroba tersebut. Dan praktikum kali ini juga untuk memantapkan ilmu yang diberikan dalam mata kuliah Mikrobiologi Industri, di Politeknik Tanah Laut Jurusan Teknologi Industri Pertanian.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini untuk mempelajari jenis – jenis media pertumbuhan mikroorganisme, dan mempraktekan cara membuat media pertumbuhan mikroba.





















BAB II
METODE PRAKTIKUM
1.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 24 Februari 2014, pukul 14.00 - 18.00 di Laboratorium Kimia Politeknik Tanah Laut.
2.    Alat dan Bahan
a.    Hot Plate
b.    Autoclave
c.    Cawan Petri
d.    Gelas Arloji
e.    Gelas Ukur besar (100 ml)
f.     Tabung Reaksi
g.    Aluminium Foil
h.    NA (Nutrien Agar)
i.      Aquadest 400 ml
3.    Prosedur Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Diambil aquadest sebanyak 400 ml
3.    Ditimbang NA sebanyak 11,2 gr
4.    Dicampurkan aquadest 400 ml dan NA
5.    Dipanaskan dan diaduk sampai mendidih dan berubah warna.
6.    Diangkat setelah berubah warna dan dibagi dua ke labu erlenmeyer, masing – masing sebanyak 200 ml, dan tutup dengan aluminium foil.
7.    Dimasukkan aquadest sebanyak 9 ml kedalam tabung reaksi dan tutup dengan aluminium foil.
8.    Dimasukan labu erlenmeyer yang berisi NA dan tabung reaksi yang berisi aquadest kedalam autoclave pada suhu 121°C. Selama 15 menit.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
Dari praktikum kali ini, praktikan berhasil melakukan semua prosedur yang diberikan, dan praktikan dapat membuat media pertumbuhan untuk mikroba yang akan digunakan untuk praktikum selanjutnya.
2.    Pembahasan
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berasarkan konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu media cair, media semi padat, dan media padat. Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan yang sesuai dengan bagi mikroorganisme. Zat hara yang digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energy dalam metabolism dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energy, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, phosphate, oksigen, hydrogen serta trace elements. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau nukleosida. (Anonymous : 2011)
Media yang akan digunakan dalam pengerjaan mikrobiologi harus dalam keadaan steril. Sterilisasi media biasanya menggunakan autoklaf yang menggunakan tekanan yang disebabkan uanp air, sehingga suhunya mencapai 121 oC dengan tekanan 15 lbs / 1 atm selama 15 menit.
Kebutuhan nutrisi dasar untuk suatu media pertumbuhan adalah:
Ø  Sumber karbon
Ø  Sumber nitrogen
Ø  Sumber Belerang
Ø  Sumber Fosfor
Ø  Sumber Mineral
Ø  Potensial oksidasi-reduksi yang tepat
Faktor pertumbuhan seperti triptofan untuk Salmonella typhi, glutation untuk gonococcus, faktor X dan Y untuk Hemophilus.
Selain nutrisi faktor lingkungan pun turut berperan untuk keberhasilan menumbuhkan mikroba, beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh seperti:

Ø  Konsentrasi ion Hidrogen (pH)
Ø  Temperatur
Ø  Aerasi
Ø  Kekuatan ionik dan tekanan osmotik

Sifat-sifat khas media pertumbuhan yang ideal adalah:
Ø  Harus memberikan pertumbuhan yang baik jika ditanami mikroba.
Ø  Pertumbuhan mikroba harus cepat.
Ø  Harus mudah tumbuh
Ø  Harus murah
Ø  Harus mudah dibuat kembali
Ø  Harus mampu memperlihatkan semua sifat-sifat khas yang diinginkan.


Media pertumbuhan yang dipakai untuk memperoleh biakan kuman adalah:

A.      Media Cair
Digunakan sebagai  media diperkaya sebelum disebarkan pada media padat.  Tujuan penggunaan media ini untuk memperbanyak jumlah sel mikroba yang ingin dibiakkan. Media ini tidak cocok digunakan sebagai media untuk isolasi mikroba untuk memperoleh biakan murni, juga tidak dapat menunjukkan karakter kloni kuman. Contoh media cair adalah kaldu gizi (Nutrient Broth), air pepton (Pepton Water), dan lain-lain. (Umar Sihab : 2001)
Jenis-jenis media cair:
Kaldu: cairan bening tembus cahaya dan berwarna kuning jerami, dibuat dari ekstrak daging atau pepton. Beberapa jenis kaldu yang biasa dipakai adalah:
a.       Kaldu infuse: daging sapi cincang bebas lemak dimasukkan ke dalam lemari es semalaman. Cairan yang didapat sesudah dipisahkan dengan dengan dagingnya didihkan selama 18 menit. Tambahkan pepton dan sodium klorida 0,5%
b.      Kaldu ekstrak daging: tersedia dipasaran dalam bentuk bentuk bubuk diproduk oleh berbagai perusahaan seperti Merkc, Bacto dan lain-lain.
c.       Kaldu cerna: dibuat dari daging dengan cara enzimatik.  Zat-zat gizi disini lebih banyak daripada di dalam kaldu infuse atau kaldu ekstrak. Tidak perlu penambahan pepton, maka kaldu cerna lebih ekonomis. Enzim-enzim yang digunakan untuk pembuatannnya adalah tripsin, pepsin dan lain-lain.
Pepton: merupakan protein yang  dicernakan sebagian dengan menggunakan enzim hidrolitik, misalnya pepsin, tripsin, papain, dan lain-lain. Pepton memberikan zat-zat yang mengandung nitrogen dan bekerja sebagai larutan penyanngga (buffer). Beberapa kuman dapat tumbuh dalam larutan pepton 1%. Zat-zata yang terkandung dalam pepton adalah proteosa, polipeptida, dan asam-asam amino. (Wijanarko : 2010)

Ekstrak ragi: dibuat dengan mengekstraksikan ragi yang diotolisiskan dengan air. Mempunyai kandungan vitamin B yang tinggi.

Contoh lain media cair adalah media gula-gula (gula 1% dalam air pepton), kaldu glukosa (glukosa 1% dalam kaldu gizi), kaldu empedu (garam empedu 0,5% dalam kaldu gizi), dan lain-lain.

B.      Media Padat
Media padat digunakan untuk mempelajari karakter pertumbuhan mikroba seperti bentuk koloni. Media padat dipergunakan mengisolasi mikroba untuk mendapatkan isolat murni. Pada prinsipnya media padat juga harus mengandung nutrisi untuk pertumbuhan mikroba sebagaimana pada media cair, yang membedakan adalah adanya penambahan bahan yang membuat media ini menjadi padat, untuk itu berikut bahan tambahan yang dapat digunakan untuk memadatkan media: (Anonymous : 2011)

a.       Agar-Agar. Adalah komponen penting media padat.  Agar-agar merupakan senyawa polisakarida rumit yang diperoleh dari rumput laut (alga lebih tepatnya). Mencair pada suhu 80oC sampai 100oC dan membeku pada suhu 35oC sampai 42oC. Agar tidak menyediakan zat-zat gizi untuk mikroba. Hanya bekerja sebagai pemadat. Tidak dimetabolisme oleh mikroba pathogen apapun. Sehingga agar-agar sangat ideal sebagai bahan tambahan atau pemadat karena tidak mempengaruhi komponen nutrisi dari media yang dibuat.
b.      Gelatin: merupakan protein yang dibuat dengan hidrilisis kolagen menggunakan air mendidih. Mencair pada 37oC, membentuk jel yang tembus cahaya pada suhu di bawah 25oC. Karena titik cair yang mendekati suhu kamar sehinga gelatin kurang baik sebagai pemadat media, selain itu gelatin juga dapat dihidrolisis oleh beberapa jenis mikroba.  Penggunaan utama gelatin adalah untuk identifikasi dan klasifikasi kuman. Jika media berubah warna menjadi hitam, artinya ada pembentukan hydrogen sulfida.
















BAB IV
PENUTUP
            1.  Kesimpulan

1. Media adalah tempat yang digunakan untuk membiakkan mikroba.
2. Media yang digunakan adalah NA atau Nutrien Agar.
3. Sebelum digunakan untuk pembiakkan, media harus disterilkan terlebih dahulu.
2.  Saran
Pembagian tugas pada tiap anggota kelompok harus diberikan, agar kinerja kelompok lebih bagus dan pekerjaan akan cepat selesai.











DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Teknologi Industri Pertanian. Politeknik Tanah Laut. Pelaihari.